Selain Mei Liou dan Tandjung Suryani, Trubus menemukan banyak pasien lain di Taiwan dan Indonesia yang sembuh berkat cryptomonadales. Sekadar menyebut beberapa pasien yang sembuh secara empiris adalah Ang Jia Cheng yang mengidap asam urat, Sri Indrawati (diabetes mellitus), Mariam Fatima (hipertensi), Chiang Chen Long (kanker hati), Chih Loung (kolesterol), Tan Swie Ha(myoma), dan Chang Lie Zie (parkinson). Sembuhnya kanker dan kolesterol malah terbukti secara klinis. Kehadirannya benar-benar menghebohkan dunia kedokteran Taiwan.
Harap mafhum, tumbuhan supermini berukuran 7 mikron-seukuran debu-itu justru berkhasiat besar: membantu mengobati beragam penyakit maut. Itulah hasil riset Prof Wang Shun Te selama 30 tahun. Mantan guru besar Pingtung Technologi University di Taiwan itu menggolongkan cryptomonadales ke dalam genus Chlorella dengan nama ilmiah Chlorella sorokiniana. Menurut Dra Nining Betawati Prihantini MSi, peneliti alga dari Universitas Indonesia, chlorella tidak termasuk dalam ordo Cryptomonadales, tetapi Chlorococcules.
Diproses dengan menggunakan teknologi modern dan higienis 'Cryptomonadales Chlorella sorokiniana dikatakan memiliki pigmen biru atau fikosianin. Chlorella seharusnya tidak memiliki fikosianin. Yang memiliki pigmen biru adalah divisi Cyanophyta, Rodophyta, dan Cryptophyta,' ujar master Fikologi (Ilmu Alga) alumnus University of Tsukuba Jepang. Pendapat serupa disampaikan oleh Dian Hendrayanti MSi, dosen Biologi Universitas Indonesia, dan Prof I Nyoman Kabinawa, ahli alga Pusat Penelitian Bioteknologi-LIPI.
Oleh karena itu Nining Betawati cenderung menggolongkan cryptomonadales ke dalam Cryptophyta lantaran dinding sel tipis dan berbentuk elips. Dari sisi ukuran yang mini, cryptomonadales mirip spirulina dan chlorella yang lebih dulu sohor di tanahair sebagai pangan kesehatan. Yang disebut pertama sudah sejak 400 tahun silam digunakan sebagai pangan tradisional.
Menurut Nining Betawati, secara fisik terdapat perbedaan antara cryptomonadales, spirulina, dan chlorella. 'Spirulina itu tergolong Cyanobacteria atau Cyanophyta dan dinding selnya tidak sejati atau eukariota. Sedangkan chlorella dan cryptomonadales berdinding sejati atau prokariota. Dinding cryptomonadales paling tipis dibanding yang lain,' ujar perempuan kelahiran Yogyakarta 4 Agustus 1963 itu. Hasil riset Brec L Clay dari Departemen Biologi, Colorado State University, cryptomonadales memiliki pigmen lebih banyak dibanding alga lain. Jika chlorella hanya mempunyai pigmen hijau atau klorofil; spirulina, pigmen biru alias fikosianin; cryptomonadales, mempunyai keduanya.
SpektakulerTerlepas dari penggolongan itu, cryptomonadales terbukti sebagai panasea-sebuah obat yang mampu mengatasi beragam penyakit. Bagaimana duduk perkaranya? Menurut dr Ih-Jen Su PhD, dosen Fakultas Kedokteran National Cheng Kung University Taiwan, kandungan senyawa aktif, gizi, dan mineral tumbuhan bersel satu itu amat lengkap. Alumnus Harvard Medical School itu mengungkapkan, cryptomonadales sebagai pangan kesehatan abad ke-21.
'Kandungan crypto sangat lengkap dan bagus sekali untuk membangun jaringan sel,' ujar dr Yayan Sri Biyantoro Dwiputro di Surabaya. Ih- Jen Su dan Yayan Sri Biyantoro tak berlebihan. Yang paling spektakuler dari cryptomonadales adalah kandungan Peroxisome Proliferator Activated Receptors alias PPARs yang ditemukan oleh Ih-Jen Su pada awal abad ke-21. Senyawa aktif itu diperoleh dari ekstraksi nukleus atau inti sel cryptomonadales. Di pasaran ekstrak PPARs dikemas dalam botol mungil bervolume 12 ml.
Ada 3 bentuk PPARs yakni alfa, gamma, dan beta. Yang disebut pertama berperan 'melindungi' beberapa organ vital seperti hati, ginjal, dan jantung. Sementara gamma ada di usus, limpa, dan pankreas; beta, jaringan adiposa, otak, dan kulit. Menurut dr Sidi Aritjahya, dokter sekaligus herbalis di Yogyakarta, PPARs merupakan reseptor yang berhubungan dengan sistem kekebalan tubuh. Nah, obat-obatan seperti alga lazimnya bersifat proliferasi yakni memperbanyak reseptor.
Fungsi lain PPARs untuk merangsang sel T-bagian dari sistem kekebalan tubuh. Di dalam tubuh sel T ibarat macan tidur yang harus 'dibangunkan' agar berperan melawan benda-benda asing seperti virus. PPARs juga merangsang sekresi insulin sehingga baik untuk mencegah diabetes.
Alga TelanjangSelain PPARs, tumbuhan superliliput itu juga mengandung fikosianin seperti hasil riset dr Ih-Jen Su. Kepada Trubus, dokter Su mengatakan, fikosianin sebagai antivirus dan tokcer mencegah serangan kanker. Mekanisme untuk mengatasi serangan sel kanker secara apoptosis. Dengan sederhana dapat digambarkan, fikosianin memberikan 'pisau tajam' kepada sel kanker agar digunakan untuk bunuh diri. Oleh karena itu apoptosis dikenal juga dengan istilah program bunuh diri. Itulah yang dialami Chang Chen Long, pengidap kanker hati stadium IV.
Antivirus dalam alga bekerja secara tidak langsung. Maksudnya, ia tidak merusak atau mematikan virus, tetapi menghambat perkembangbiakannya. Sementara Yu-Sheng Chao PhD, peneliti Bioteknologi dan Farmasi National Health Research Institute mengungkapkan, fikosianin juga berfaedah sebagai antioksidan yang membangun sistem kekebalan tubuh. Caranya dengan meningkatkan aktivitas limfosit.
Menurut Dr Suprapto Ma'at Apt dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, fungsi sistem imun adalah pertahanan. Artinya, menangkal bahan berbahaya agar tubuh tidak sakit. Selain itu sistem imun juga membersihkan sel-sel yang mati. 'Fikosianin sangat baik untuk imunitas, antikanker, dan penyakit generatif lainnya,' ujar Kabinawa. Keistimewaan lain, dinding sel tumbuhan itu amat tipis sehingga oleh para peneliti disebut alga telanjang lantaran saking transparannya.
Prof Kabinawa menduga, dinding sel itu tersusun dari bahan asam muramat dan peptidoglikan yang mudah dicerna secara monogastrik, tanpa harus dipecah. Keadaan tipisnya dinding sel itu juga menguntungkan. Karena berdinding sel tipis, 'Daya serap cryptomonadales sangat tinggi, 95%. Sementara chlorella hanya 50-70%. Jadi jika kita mengkonsumsi chlorella hanya 70% kandungan yang dapat kita serap. Makanya jika kita mengkonsumsi 100 tablet chlorella sama dengan 73 tablet cryptomonadales,' ujar dokter Su.
In chao-nama lokal cryptomonadales di Taiwan-mengandung klorofil hingga 4%. Kadar itu luar biasa tinggi untuk ukuran alga. Faedahnya? Menurut Dr Dyah Iswantini Pradono, ahli biofarmaka Institut Pertanian Bogor, klorofil sebagai antikanker dan antiasamurat. Flavonoid bahan bioaktif pada tanaman itu juga sangat penting untuk memperlancar dan pembentuk sel darah merah.
TrenKeunggulan lain, cryptomonadales mengandung CGF (chlorella growth factor). Tak semua alga mempunyai kandungan growth factor yang penting untuk mengaktifkan sel-sel tubuh sehingga fungsi metabolisme berjalan normal. CGF menentukan daya regenerasi sel. Dengan sederet keistimewaan itu para peneliti menyebut cryptomonadales sebagai rajanya alga. Di Indonesia, in chao mulai diperkenalkan sejak akhir 2006 dan kini menjadi sandaran kesembuhan bagi pasien. Dokter-dokter di tanahair seperti dr Yayan Sri Biyantoro yang berpraktek di Blitar dan Surabaya serta dr Sri Budiwati (Sidoarjo) juga meresepkan cryptomonadales bagi pasien beragam penyakit misalnya kanker, hipertensi, diabetes mellitus, dan asam urat.
Hasil lacakan Trubus, di Indonesia terdapat 3 distributor yang mengedarkan beberapa merek seperti tablet Crypto Force, kapsul Crypto Life, Crypto PPARs, CM Green, dan Everwell. Menurut Willy Taruna dari Smart Life, cryptomonadales yang dipasarkan, 'Sangat diterima konsumen.' Sayang, ia enggan mengungkapkan volume penjualan, tetapi hanya menyebut, 'Kenaikannya 3 kali lipat.' Produsen lain PT Lasindo Bintang Sejahtera di Surabaya menolak wartawan Trubus Kiki Rizkika ketika hendak diwawancarai. PT Nunza International, distributor lain, yang berkantor di Menara Kebonsirih, Jakarta Pusat, sudah pindah.
Di tanah leluhur, in chao digunakan secara meluas. Produk itu dapat dibeli bebas di berbagai tempat, termasuk toko herba. Cosmed, toko obat di Taichung, menjual setidaknya 2 botol terdiri atas masing-masing 300 tablet per hari. Banyak dokter di Pulau Formosa yang meresepkan cryptomonadales kepada para pasien berbagai penyakit.
Di pulau yang bentuknya mirip daun tembakau itu setidaknya terdapat 4 rumahsakit yang dokter-dokternya meresepkan in chao. Dua di antaranya adalah Mackay Memorial Hospital dan Catholic Hospital. Saat ini cryptomonadales diperniagakan di 21 negara lain seperti Amerika Serikat, Australia, dan Denmark. Pada 2006 Wang Shun Te, penemu panasea itu, meraup pendapatan US$100-juta setara Rp910-miliar.
Di Taiwan cryptomononadales dijual di pasar swalayan
AmanMenurut Ih-Jen Su yang meriset in chao, produk itu tanpa efek samping. Hal senada diungkapkan Wang. Meski didistribusikan meluas di berbagai negara dalam 4 benua, hingga saat ini, komplain atas khasiat cryptomonadales belum pernah terjadi. Boleh jadi lantaran peluncuran pangan kesehatan itu didahului riset praklinis dan uji klinis, termasuk dosis hingga 10-15 tablet masing-masing 60 gram sehari. Bahkan, bagi bayi berumur 2 bulan sekali pun.
Itulah yang terjadi pada Lin Chin Chu yang lahir di Fong San Hospital, Kaohsiung, pada 27 Januari 2007. Anak pertama pasangan suami-istri Lin Liu Hai dan Zen Ying itu divonis tumor di paha kanan pada hari kelahirannya. 'Rasanya seperti pada musim dingin dan dijatuhi salju. Semua badan kaku,' kata Lin Liu, sang ayah, mengenang peristiwa itu. Atas saran kerabat, Lin memberikan serbuk cryptomonadales seujung kecil sepatula dan mencampurkan dalam 180 cc susu. Frekuensi pemberian sekali sehari. Hasil pemeriksaan dokter, benjolan merah seukuran bola pingpong itu pun hilang hanya dalam waktu sebulan.
Meski begitu, tentu saja, cryptomonadales tak sempurna. Menurut Kabinawa cryptomonadales yang berukuran kecil sangat sulit dipanen dan diolah. 'Untuk memisahkannya perlu penyaring HDA minimal 100 buah. Itu pun hanya bisa menyaring 20-30%. Separator itu harganya miliaran rupiah. Berbeda dengan spirulina yang dengan jaring saja sudah bisa dipanen,' ujar Kabinawa.
Toh, dari sisi kesehatan cryptomonadales yang supermini justru berkhasiat maksi. Beragam penyakit, terbukti dapat disembuhkan. Itu didukung uji praklinis dan sebagian uji klinis. Tumbuhan itu menjadi salah satu pilihan bagi siapa pun yang ingin menjaga sekaligus mengatasi gangguan kesehatan. (Sardi Duryatmo/Peliput: Andretha Helmina, Imam Wiguna, Kiki Rizkika, Nesia Artdiyasa, & Rosy Nur Apriyanti).